Wisata Sumatra barat Bukittinggi
Kota Bukittinggi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Bukittinggi
Dari atas, kiri ke kanan: Salah satu sudut Kota Bukittinggi, panorama dari Gunung Marapi, patung Tuanku Imam Bonjol, Jam Gadang, Jembatan Limpapeh, Balai kota, Jalan Ahmad Yani, Jenjang Koto Gadang, Ngarai Sianok.
Logo
Julukan: Londen van Andalas
Semboyan: Saayun Salangkah (dari Bahasa Minang yang artinya "Kebersamaan" atau "Kegotongroyongan")
Letak Bukittinggi di Sumatera Barat
Kota Bukittinggi
Letak Bukittinggi di Indonesia
Koordinat: 0°17′8,93″LU 100°22′3,61″BT
Negara Indonesia
Provinsi Sumatera Barat
Pemerintahan
• Wali kota M. Ramlan Nurmatias
Area
• Total 25.24 km2 (9.75 sq mi)
Populasi (2010[1])
• Total 110.954
• Kepadatan 4,400/km2 (11,000/sq mi)
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode wilayah +62 752
Situs web www.bukittinggikota.go.id
"Bukittinggi" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Bukittinggi (disambiguasi).
Kota Bukittinggi adalah kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia.[2] Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.[3] Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah.[4] Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya dijuluki sebagai Parijs van Sumatra.
Luas Bukittinggi secara de jure adalah 145,29 km², mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 84 tahun 1999.[5] Namun secara de facto saat ini, Bukittinggi masih seluas 25,24 km² karena sebagian masyarakat Kabupaten Agam menolak perluasan wilayah tersebut. Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di Pulau Sumatera.
Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia. Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban di Negeri Sembilan, Malaysia. Tempat wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi simbol bagi kota yang berada di tepi Ngarai Sianok.
Daftar isi
1 Sejarah
2 Geografi
3 Kependudukan
4 Pemerintahan
4.1 Perwakilan
5 Pendidikan
6 Kesehatan
7 Perhubungan
8 Perekonomian
9 Pariwisata
10 Olahraga
11 Pers dan media
12 Kota persaudaraan
13 Galeri
14 Catatan kaki
15 Pranala luar
Sejarah
Kota Bukittinggi semula merupakan pasar (pekan) bagi masyarakat Agam Tuo. Kemudian setelah kedatangan Belanda, kota ini menjadi kubu pertahanan mereka untuk melawan Kaum Padri.[6] Pada tahun 1825, Belanda mendirikan benteng di salah satu bukit yang terdapat di dalam kota ini. Tempat ini dikenal sebagai benteng Fort de Kock, sekaligus menjadi tempat peristirahatan opsir-opsir Belanda yang berada di wilayah jajahannya. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini selalu ditingkatkan perannya dalam ketatanegaraan yang kemudian berkembang menjadi sebuah stadsgemeente (kota),[7] dan juga berfungsi sebagai ibu kota Afdeeling Padangsche Bovenlanden dan Onderafdeeling Oud Agam.[8]
Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji.[9] Kemudian kota ini berganti nama dari Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Sekarang nagari-nagari tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Agam.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera, dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad Hasan.[10] Kemudian Bukittinggi juga ditetapkan sebagai wilayah peme